Di permukaan, negeri ini tampak megah: gedung pencakar langit berdiri, jalan tol terbentang, dan proyek pembangunan diumumkan saban hari. Tapi bila kita melihat lebih dekat, ada yang salah. Negeri ini sedang digerogoti perlahan dari dalam—oleh satu kata yang sudah terlalu akrab, namun terus kita abaikan: korupsi.

🧠 Korupsi Itu Bukan Isu Elit, Tapi Luka Kolektif

Selama ini, korupsi sering dianggap urusan para pejabat, aparat, atau politisi. Kita merasa itu bukan urusan kita. Padahal, korupsi menyentuh hidup kita setiap hari.
Ketika jalan berlubang tak kunjung diperbaiki, saat anak-anak belajar di ruang kelas bocor, atau pasien harus antre karena alat rumah sakit rusak—itu semua adalah akibat dari uang negara yang tidak sampai ke tempat semestinya.

Korupsi bukan hanya mencuri uang, tapi mencuri harapan.

💣 Menggerogoti dari Dalam, Tanpa Suara, Tanpa Rasa Malu

Yang paling berbahaya dari korupsi adalah sifatnya yang diam-diam, tapi sistematis. Ia tumbuh di ruang gelap, di balik meja rapat, dalam berkas-berkas yang dimanipulasi. Tidak meledak seperti bom, tapi menghancurkan lebih dalam dan lebih lama.

Dan ironisnya, para pelakunya hidup nyaman. Mereka punya akses, punya jaringan, punya kekuasaan. Sementara jutaan rakyat hidup dari sisa-sisa keadilan yang tak pernah utuh.

😔 Siapa yang Peduli?

Itulah pertanyaan paling menyedihkan.
Ketika satu kasus korupsi mencuat, kita bereaksi sesaat. Lalu lupa. Lalu sibuk dengan urusan masing-masing.
Korupsi dibiarkan tumbuh karena kita—rakyat biasa, pejabat, pelajar, tokoh agama—terlalu sering memilih diam. Kita tak lagi peduli karena sudah terbiasa.

“Kalau semua orang sudah terbiasa dengan yang salah, maka yang benar akan terlihat aneh.”

🛑 Lawan atau Diam, Pilihan Kita

Kalau kita masih ingin hidup di negara yang adil, di mana anak kita bisa sekolah tanpa harus bayar “uang titipan”, di mana proyek pembangunan benar-benar untuk rakyat, maka kita harus peduli.

Peduli bukan berarti harus jadi aktivis. Peduli bisa dimulai dari:

  • Menolak suap, bahkan yang kecil
  • Tidak membenarkan kecurangan
  • Melaporkan penyimpangan yang kita tahu
  • Mengedukasi anak tentang arti kejujuran
  • Tidak memilih pemimpin karena “amplop”

Negara Ini Masih Bisa Diselamatkan

Korupsi memang kuat, tapi bukan tak terkalahkan.
Selama masih ada yang jujur, masih ada yang peduli, negeri ini belum benar-benar hancur.